Bahaya ISIS


Saya sebenarnya tidak suka dengan budaya dan idealisme isis. Saya bahkan sering mengritiknya. Sesekali menghujatnya. Tapi, dalam banyak aktivitas saya, juga para santri pada umumnya, tidak jarang turut melaksanakan (secara kaffah, sesuai syarat, rukun, dan kesunnahan) paham ini.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, isis memiliki makna terasa segar (karena embusan angin dan sebagainya). 

Dalam istilah pesantren, isis adalah sarungan tapi gak sempakan. Itu sebabnya, kaum santri tidak pernah bisa lepas dengan tradisi tersebut.

Di Mesir, orang yang memakai sarung identik dengan orang yang habis ngono’an. Tapi, tetap saja banyak mahasiswa Indonesia yang memiliki latar belakang santri, terutama NU, mengabaikannya. Bagi mereka, sarung adalah identitas santri. Yang tidak memakainya, tidak sempurna kesantriannya. Dan puncak kesantrian adalah ketika dalam sarung itu tidak ada sesuatu pun yang menghalangi embusan angin yang membelai Mā Bayna al-Surrah wa al-Rukbah.

Bahkan, di salah satu pesantren yang ada di Jawa, saat menunaikan jamaah, santri wajib mengenakan sarung. Jika ada santri yang memakai celana saat salat, akan mendapat siksa berupa pukulan penjalin di kentol. 

Mengenakan sarung saja belum cukup. Ada yang berkata, memakai sempak saat salat adalah salah satu di antara sekian penyebab tidak sahnya salat. 

Entahlah, jika memang ada kitab Fikih yang mengategorikan sempak sebagai penyebab batalnya salat, agaknya harus dikaji ulang. (Kecuali barangkali yang dimaksud memakai sempak adalah menggunakannya di kepala sebagai pengganti serban).

Karena, pada suatu malam yang belum lama ini, sesuatu yang konyol terjadi. Seseorang menahan muka merah karena malu yang teramat. Saat ia Tarawih, ia mengenakan sarung. Sementara di masjid, kipas berputar demikian kencang, berkolaborasi dengan angin malam menjelang Lailatul Kadar. Begitu anak ini rukuk, sarungnya mengepakkan sayap. Dia tidak sempakan. Dan tepat di belakangnya adalah orang Afrika Hitam. Untungnya, kata dia bercerita, saf di masjid tersebut berjarak cukup jauh. Kalau setengah langkah saja lebih maju, boleh jadi muka orang Afrika itu akan mencium lubang celengan anak ini.

Setelah salam, ada orang Mesir yang menegur, “Wallahi, jangan gunakan sarung kecuali di dalam kamar, sendirian.”

Demikianlah bahayanya isis. Wallahu A’lam.

Diterbitkan oleh Nuhid

Penulis adalah mahasiswa di universitas al-Azhar, Kairo.

8 tanggapan untuk “Bahaya ISIS

Tinggalkan komentar